Minggu, 11 Desember 2016

Elemen Sistem Tes Kepribadian

Nama Anggota Kelompok :
  1. Annisa Yuliandiani
  2. Ayu Rosita
  3. Citra Anggraeni A
  4. Izky Arsylla
  5. Leonie Damayanti
  6. Meylita Putri A
  7. Sastia juliana
Kelas   : 4PA06
 
Tes kepribadian adalah seperangkat alat tes yang disusun untuk mendeskripsikan bagaimana kecenderungan seseorang bertingkah laku. Tes kepribadian sebenarnya adalah deskripsi kualitatif dari kepribadian, bukannya deskripsi kuantitatif (angka-angka), karena sebenarnya kepribadian tidak dapat diukur, tetapi hanya dapat dideskripsikan. Untuk membantu menjelaskan kepribadian, alat tes kepribadian menggunakan bantuan angka-angka dan kemudian hasilnya dintrepretasikan/dideskripsikan kedalam kualitatif.

Saat ini ada banyak cara untuk mengikuti tes kepribadian salah satunya tes kepribadian memalui online, ada banyak tes kepribadian yang disedikan online salah satunya adalah tes kepribadian MBTI. MBTI adalah sebuah singkatan dari Myers-Birggs Type Indicator, yang merupakan sebuah psikotes yang dirancang untuk mengukur preferensi psikologis dalam melihat dunia dan mengambil keputusan. Psikotes ini dirancang untuk mengukur kecerdasan individu, bakat, dan juga tipe kepribadian. MBTI ini dikembangkan oleh Isabel Briggs Myers sejak tahun 1940 sejak saat itu sudah diperbaharui, dan divalidasi secara ketat selama lebih dari 70 tahun. Sebenarnya MBTI didasari pada jenis dan preferensi kepribadian dari Carl Gustav Jung, yang menulis Psychological Types pada tahun 1921. 

Kemudian pada jaman sekarang dengan teknologi yang serba canggih, tes tersebut dapat dikombinasikan dengan teknologi sistem. Tes MBTI dapat dilakukan secara online serta cara penggunaannya yang mudah dipahami oleh semua kalangan usia, dengan cara menjawab beberapa pertanyaan yang disajikan pengguna dapat mengetahui mengenai kepribadiannya.
Berikut ini adalah singkatan yang digunakan untuk 16 jenis kepribadian yang dikategorikan dalam instrument tes kepribadian MBTI (Myers Birggs Type Indicator). Dalam Keirsey Temperament Sorter yang dikembangkan David Keirsey.
Dimensi Kepribadian MBTI: 
  • E – Extraversion: Mereka bBiasanya merasa termotivasi melalui interaksi dengan orang lain. Mereka cenderung untuk menikmati jaringan perkenalan yang luas, dan mereka mendapatkan energi dalam situasi sosial.
  • N – Intuition: cenderung lebih abstrak. Mereka fokus pada gambaran besar daripada detail, dan kemungkinan masa depan daripada realitas yang ada.
  • T – Thinking: cenderung lebih menilai berdasarkan kriteria obyektif daripada kriteria pribadi. Ketika membuat keputusan, mereka umumnya memberikan bobot yang lebih pada logika daripada pertimbangan sosial.
  • J – Judgment: cenderung untuk merencanakan kegiatan mereka dan membuat keputusan di awal. Mereka mengontrol melalui prediktabilitas.
  • I – Introversion: cenderung tenang dan pendiam. Mereka umumnya lebih suka berinteraksi intensif hanya dengan beberapa teman dekat daripada dengan memilih dengan banyak orang, dan mereka mengeluarkan energi dalam situasi sosial, dan memperoleh energi saat menyendiri.
  • N – Intuition: cenderung lebih abstrak. Mereka fokus pada gambaran besar daripada detail, dan kemungkinan masa depan daripada realitas yang ada.
  • F – Feeling: cenderung menghargai pertimbangan pribadi dalam mengambil keputusan. Umumnya mereka sering lebih mengutamakan implikasi sosial daripada logika.
  • P – Perception: Cenderung menahan pendapat dan menunda keputusan, lebih memilih untuk “menjaga pilihan mereka tetap terbuka” sehingga dapat berubah sesuai kondisi.

Langkah-langkah Pengerjaan Tes Mbti Online :
  • Pertama masuk ke website http://www.si-pedia.com/2014/03/tes-kepribadian-mbti-online-gratis-bahasa-indonesia.html
  • Kemudian klik mulai tes pada table yang berwarna hijau.


  • Kemudian akan muncul beberapa pernyataan, anda diminta memilih jawaban yang sesuai dengan dirinya. Pernyataan tersebut terdiri dari 60 pernyataan.




  • Setelah selesai menjawab 60 pernyataan tersebut, klik tampilkan hasil



  • Maka akan muncul tampilan hasil tes kepribadian MBTI (Myers Birggs Type Indicator). subejk mendapatkan hasil tes kepribadian ESTP (Extraversion, Sensing, Thinking, Perceiving).


ELEMEN SISTEM TES MBTI ONLINE














DAFTAR PUSTAKA
http://www.si-pedia.com/2013/12/tipe-kepribadian-infp.html
http://www.si-pedia.com/2013/12/tipe-kepribadian-entj.html
http://www.si-pedia.com/2014/03/tes-kepribadian-mbti-online-gratis-bahasa-indonesia.html
Feist, J., Feist, G. J. (2010). Teori Kepribadian Edisi 7 Buku 2. Jakarta: Salemba

Minggu, 06 November 2016

Elemen dan Karakteristik Sistem

A.  Elemen Sistem

Menurut Mc. Leod ( dalam Fatta, 2007) Sistem sebagai suatu sekelompok elemen-elemen yang terintregasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Sumber daya mengalir dari elemen output dan untuk menjamin prosesnya berjalan dengan baik maka dihubungkan dengan mekanisme kontrol. 
1. Tujuan
Sistem harus mengarah ke satu atau beberapa tujuan. Apakah suatu sistem dapat memberikan ukuran waktu, daya listrik, atau informasi, sistem tersebut tetap harus mengarah kesuatu tujuan. Jika sebuah sistem tidak lagi mengarah ke sebuah tujuan, maka sistem itu harus diganti. 

2.  Mekanisme kontrol
Pengubung yang menjamin proses sumberdaya mengalir dari elemen output dapat berjalan dengan baik
  • Input
Semua faktor yang mempengaruhi sistem secara langsung (terkendali ataupun tak terkendali). Input lingkungan adalah faktor yang mempengaruhi sistem secara tidak langung. Input terkendali berperan penting dalam mengubah kinerja sistem. Input tidak terkendali diperlukan agar sistem berfungsi (berpengaruh langsung, disiapkan oleh desainer sebagai input langsung)
  •  Proses
Faktor yang dapat mentransformasi input – output
  • Output
Hasil dari proses, terdiri dari dua macam yaitu output dikehendaki merupakan respon sistem terhadap kebutuhan yang telah ditetapkan. Output tak dikehendaki merupakan hasil samping yang tidak dapat dihindari, selalu diidentifikasikan sebagai pengaruh negatif kinerja sistem.
B. Karakteristik Sistem

Menurut Kusrini dan Koniyo (2007) Sistem mempunyai beberapa karakteristik atau sifat-sifat tertentu. Dibawah ini merupakan karakteristik sistem yang dapat membedakan suatu sistem dengan sistem yang lainnya:
  1. Komponen sistem (Component) adalah Suatu sistem terdari dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang saling bekerja sama membentuk suatu komponen sistem atau bagian-bagian dari sistem
  2. Batasan sistem (Boundary) merupakan daerah yang membatasi suatu sistem dengan sistem yang lain atau dengan lingkungan kerja
  3. Lingkungan luar sistem (Environment) adalah suatu sistem yang ada di luar dari batas sistem yang dipengaruhi oleh operasi sistem
  4. Penghubung sistem (Interface) adalah media penghubung antara suatu subsistem dengan subsistem lain. Adanya penghubung ini memungkinkan berbagai sumber daya mengalir dari suatu subsistem ke subsistem lainnya
  5. Masukan sistem (Input) adalah energi yang masuk kedalam sistem, berupa perawatan dan sinyal. Masukan perawatan adalah energi yang dimasukan supaya sistem tersebut dapat berinteraksi
  6. Keluaran sistem (Output) adalah hasil energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan.
  7. Pengolahan sistem (Process) adalah suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolahan yang akan mengubah masukan menjadi keluaran.
  8. Sasaran Sistem (Object) adalah tujuan yang ingin dicapai oleh sistem, akan dikatakan berhasil apabila mengenai sasaran atau tujuan.
C. Model Sistem Informasi Psikologi 

Menurut Siswanto (2015) SPSS atau Statistics Program for Social Science merupakan salah satu software statistika yang telah dikenal luas. Sebagai sebuah tools SPSS mempunyai banyak kelebihan, terutama untuk aplikasi di bidang sosial salah satunya adalah psikologi. Salah satu keunggulan dari produk SPSS adalah dapat melakukan secara lebih cepat semua perhitunga statistik dari yang sederhana sampai yang rumit. Pada bidang ilmu psikologi SPSS biasanya digunakan untuk penelitian, misalnya untuk mendapatkan hasil dari analsis data pada penelitian secara cepat.  













Daftar Pustaka :
Fatta, H.A. (2007). Analisis dan perancangan sistem informasi untuk keunggulan bersaing perusahaan dan organisasi modern. Yogyakarta: ANDI
Hall, J.A. (2007) . Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta : Salemba empat
Kusrini. & Koniyo, A. (2007). Tuntutan Praktis Membangun Sistem Informasi Akuntasi dengan Visual Basic dan Microsoft SQL Server. Yogyakarta : ANDI
Siswanto, V.A. (2015). Belajar Sendiri SPSS 22. Yogyakarta: ANDI
Wardana. (2008). Membuat Aplikasi Berbasis Pendekatan Sistem dengan Visual Basic Net 2008. Jakarta: Elex Media Komputindo

Selasa, 04 Oktober 2016

" Pengertian Sistem Informasi Psikologi"

Pengertian Sistem Informasi Psikologi

A. Definisi sistem 

Pengertian sistem menurut para ahli:
1. Menurut Fat 

Sistem adalah suatu himpunan suatu benda nyata atau abstrak ( a set of thing) yang terdiri dari bagian-bagian atau komponen-komponen yang saling berkaitan, berhubungan, berketergantungan, saling mendukung, yang secara keseluruhan bersatu dalam satu kesatuan (unity) untuk mencapai tujuan tertentu secara efisien dan efektif
2. Menurut Indrajit
Mengemukakan bahwa sistem mengandung arti kumpulan-kumpulan dari komponen-komponen yang dimiliki unsur keterkaitan antara satu dengan lainnya.
3. Menurut Jogianto
Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata adalah suatu objek nyata, seperti tempat, benda, dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi
4.  Menurut Murdick, R. G.
Sistem adalah seperangkat elemen yang membentuk kumpulan atau prosedur-prosedur atau bagan-bagan pengolahan yang mencari suatu tujuan tertentu
5.  Menurut Jerry FutzGerald
Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah suatu kumpulan suatu benda nyata atau abstrak, yang terdiri dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata adalah suatu objek nyata, seperti tempat, benda, dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi.


B. Definisi Informasi

Pengertian Informasi menurut para ahli: 

1. Menurut Gordon B. Davis 

Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata atau yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.
2. Menurut Kenneth C. Laudon
Informasi adalah data yang sudah dibentuk dalam sebuah formulir bentuk yang bermanfaat dan dapat digunakan untuk manusia
3. Menurut Anton M. Moeliono
Informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan, kabar atau berita. Informasi juga adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian analisi atau kesimpulan
4. Menurut Gordon B. Davis
Informasi adalah data yang telah diproses atau diolah ke dalam bentuk yang sangat berarti untuk penerimanya dan merupakan nilai yang sesungguhnya atau dipahami dalam tindakan atau keputusan yang sekarang atau nantinya.
5. Menurut Obert G Murdick 
Informasi terdiri atas data yang telah didapatkan, diolah atau diproses, atau sebaliknya yang digunakan untuk tujuan penjelasan
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Informasi merupakan data yang telah didapatkan, diolah atau diproses, atau sebaliknya menjadi suatu bentuk yang bermanfaat dan dapat digunakan manusia. Informasi juga adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian analisi atau kesimpulan

C. Definisi Psikologi

Pengertin Psikologi menurut para ahli:
1. Menurut Wundt 

Psikologi itu merupakan ilmu tentang kesadaran manusia. Dari batasan ini dapat dikemukakan bahwa dalam psikologi, keadaan jiwa direfleksikan dalam kesadaran manusia. Unsur kesadaran merupakan hal yang dipelajari dalam psikologi
2.  Menurut Woodworth dan Marquis 
Menyatakan bahwa psikologi mempelajari aktivitas-aktivitas individu. Pengertiam aktivitas itu luas, baik aktivitas motorik, kognitif, maupun aktivitas emosional.
3.  Menurut Branca dan Morgan
Menyatakan bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang prilaku manusia. Morgan menyatakan bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dan binatang. Tapi sebenarnya ia senada dengan Branca.
4.  Menurut Plotnik 
Psikologi merupakan studi sistematik dan ilmiah tentang perilaku dan proses mental.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan ilmiah yang mempelajari prilaku, sebagai manifestasi dari kesadaran, proses mental, aktivitas motorik, kognitif dan juga emosional.


D. Definisi sistem informasi psikologi

Berdasarkan definisi sistem informasi psikologi yaitu suatu sistem atau tata cara yang merupakan kombinasi dari interaksi antara  manusia dan  alat teknologi, pengendalian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyimpan data mengenai perilaku terlihat maupun tidak terlihat secara langsung serta proses mental yang terjadi pada manusia sehingga data tersebut dapat diubah menjadi informasi yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu seperti tujuan penelitian. 

E. Contoh kasus 

Pada era globalisasi saat ini, semua aktivitas manusia selalu berkaitan dengan tekhnologi. Pada ilmu psikologi sendiri sudah menggunakan sistem informasi. Contohnya pada saat ini banyak alat tes psikologi yang sudah ada di aplikasinya di komputer. Saya pernah mengikuti tes psikologi menggunakan aplikasi di komputer yaitu tes PapiKostick dengan memilih yang terdiri dari 90 soal dan masing-masing soal ada dua pernyataan, saya diminta untuk memilih atau mengklik jawaban antar A dan B, kemudian setelah selesai mengerjakan soal, akan muncul grafik hasil dari soal yang dikerjakan.





Daftar Pustaka:

- Gaol, C. J. (2008). Sistem Informasi Manajemen Pemahaman dan aplikasi. Jakarta: Grasindo
- Hutahaean, J. (2015). Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta: Deepublish
- Basuki, H. A.M. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma




Selasa, 28 Juni 2016

Psikoterapi : Terapi Humanistik



HUMANISTIK
A. Pengertian Terapi Humanistik
Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950an sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis.
Humanistik mengatakan bahwa manusia adalah suatu ketunggalan yang mengalami, menghayati dan pada dasarnya aktif, punya tujuan serta punya harga diri. Karena itu, walaupun dalam penelitian boleh saja dilakukan analisis rinci mengenai bagian- bagian dari jiwa manusia, namun dalam penyimpulanya, manusia harus dikembalikan dalam kesatuan yang utuh. Pandangan seperti ini adalah pandangan yang holistik. Selain itu manusia juga harus dipandang dengan penghargaan yang tinggi terhadap harga dirinya, perkembangan pribadinya, perbedaan-perbedaan individunya dan dari sudut kemanusiaanya itu sendiri. Karena itu psikologi harus memasuki topik-topik yang tidak dimasuki oleh aliran behaviorisme dan psikoanalisis, seperti cinta, kreatifitas, pertumbuhan, aktualisasi diri, kebutuhan, rasa humor, makna, kebencian, agresivitas, kemandirian, tanggung jawab dan sebagainya.

B. Sumbangan utama Humanistik dan Konsep-konsep terapi Humanistik
1. Sumbangan utama Humanistik
a. Teori Hirarki kebutuhan 
            Tahapan tertinggi dalam tangga hierarki motivasi manusia dari Abaraham Maslow adalah   kebutuhan akan aktualisasi diri. Maslow mengatakan bahwa manusia akan berusaha keras untuk mendapatkan aktualisasi diri mereka, atau realisasi dari potensi diri manusia seutuhnya, ketika mereka telah meraih kepuasan dari kebutuhan yang lebih mendasarnya. 
Tingkat dasar dari teori ini adalah kebutuhan fisiologis, seperti makan, minuman dan pakaian. Tingkat kedua adalah rasa aman, kemudian tingkat ketiga yaitu cinta, ke-empat adalah harga diri dan yang terakhir adalah aktualisasi diri. 
           Maslow juga mengutarakan penjelasannya sendiri tentang kepribadian manusia yang sehat. Teori psikodinamika cenderung untuk didasarkan pada studi kasus klinis maka dari itu akan sangat kurang dalam penjelasannya tentang kepribadian yang sehat. Untuk sampai pada penjelasan ini, Maslow mengkaji tokoh yang sangat luar biasa, Abaraham Lincoln dan Eleanor Roosevelt, sekaligus juga gagasan-gagasan kontemporernya yang dipandang mempunyai kesehatan mental yang sangat luar biasa.
Maslow menggambarkan beberapa karakteristik yang ada pada manusia yang mengaktualisasikan dirinya:
1) Kesadaran dan penerimaan terhadap diri sendiri
2) Keterbukaan dan spontanitas
3) Kemampuan untuk menikmati pekerjaan dan memandang bahwa pekerjaan merupakan sesuatu misi 
         yang harus dipenuhi
4) Kemampuan untuk mengembangkan persahabatan yang erat tanpa bergantung terlalu banyak pada 
        orang lain
5) Mempunyai selera humor yang bagus
6) Kecenderungan untuk meraik pengalaman puncak yang memuaskan secara spiritual maupun emosional

b. Teori Person-Centered Therapy
                 Carl Rogers, seorang psikolog humanistik lainnya, mengutarakan sebuah teori yang disebut dengan teori pribadi terpusat. Seperti halnya Freud, Rogers menjelaskan berdasarkan studi kasus klinis untuk mengutarakan teorinya. Dia juga mengembangkan gagasan dari Maslow serta ahli teori lainnya. Dalam pandangan Rogers, konsep diri merupakan hal terpenting dalam kepribadian, dan konsep diri ini juga mencakup kesemua aspek pemikiran, perasaan, serta keyakinan yang disadari oleh manusia dalam konsep dirinya.
1) Kongruensi dan Inkongruensi
Rogers mengatakan bahwa konsep diri manusia seringkali tidak tepat secara sempurna dengan realitas yang ada. Misalnya, seseorang mungkin memandang dirinya sebagai orang yang sangat jujur namun kenyataannya seringkali berbohong kepada atasannya tentang alasan mengapa dia datang terlambat. Rogers menggunakan istilah inkongruensi (ketidaksejajaran) untuk mengacu pada kesenjangan antara konsep diri dengan realitas. Di sisi lain, kongruensi, merupakan kesesuaian yang sangat akurat antara konsep diri dengan realitas.
Menurut Rogers, para orang tua akan memacu adanya inkongruensi ini ketika mereka memberikan kasih sayang yang kondisional kepada anak-anaknya. Orang tua akan menerima anaknya hanya jika anak tersebut berperilaku sebagaimana mestinya, anak tersebut akan mencegah perbuatan yang dipandang tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa mengembangkan kongruensinya. Remaja yang orang tuanya memberikan rasa kasih sayang kondisional akan meneruskan kebiasaan ini dalam masa remajanya untuk mengubah perbuatan agar dia bisa diterima di lingkungan.

2. Konsep-konsep Terapi Humanistik
          Permasalah ini dirangkum dalam lima postulat Psikologi Humanistik dari James Bugental (1964), sebagai berikut:  
a. Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen-komponen.
b. Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya.
c. Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang lain. 
d. Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab.
e. Manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai, dan memiliki kreativitas.  

C. Teknik-teknik Terapi
1. Person-Centered Therapy (Carl R. Rogers)
                          Terapi ini cocok untuk orang-orang dengan masalah psikologis yang ada ketidakbahagiaan dalam dirinya, mereka biasanya akan mengalami masalah emosional dalam hubungan dikehidupannya, sehingga menjadi orang yang tidak berfungsi sepenuhnya. 
Terapi ini tidak memiliki metode atau teknik yang spesifik, sikap-sikap terapis dan kepercayaan antara terapis dan klienlah yang berperan penting dalam proses terapi. Terapis membangun hubungan yang membantu, dimana klien akan mengalami kebebasan untuk mengeksplorasi area-area kehidupannya yang sekarang diingkari atau didistorsinya. Terapis memandang klien sebagai narator aktif yang membangun terapi secara interaktif dan sinergis untuk perubahan yang positif. Dalam terapi ini pada umumnya menggunakan teknik dasar mencakup mendengarkan aktif, merefleksikan perasaan-perasaan atau pengalaman, menjelaskan, dan “hadir” bagi klien, namun tidak memasukkan pengetesan diagnostik, penafsiran, kasus sejarah, dan bertanya atau menggali informasi. Untuk terapis person centered, kualitas hubungan terapi jauh lebih penting daripada teknis. Terapis harus membawa ke dalam hubungan tersebut sifat-sifat khas yang berikut;
  • Menerima : Terapis menerima pasien dengan respek tanpa menilai atau mengadilinya entah secara positif atau negatif. Pasien dihargai dan diterima tanpa syarat. Dengan sikap ini terapis memberi kepercayaan sepenuhnya kepada kemampuan pasien untuk meningkatkan pemahaman dirinya dan perubahan yang positif.
  • Keselarasan : Terapis dikatakan selaras dalam pengertian bahwa tidak ada kontradiksi antara apa yang dilakukannya dan apa yang dikatakannya.
  • Pemahaman : Terapis mampu melihat pasien dalam cara empatik yang akurat. Dia memiliki pemahaman konotatif dan juga kognitif.
  • Mampu mengkomunikasikan sifat-sifat khas ini : Terapis mampu mengkomunikasikan penerimaan, keselarasan dan pemahaman kepada pasien sedemikian rupa sehingga membuat perasaan-perasaan terapis jelas bagi pasien.
  • Hubungan yang membawa akibat: Suatu hubungan yang bersifat mendukung (supportive relationship), yang aman dan bebas dari ancaman akan muncul dari teknik-teknik diatas.

2. Gestalt Therapy (Fritz Perls)
Terapi Gestalt adalah suatu terapi yang eksistensial yang menekankan kesadaran disini dan sekarang. Konsep-konsep utamanya mencakup penerimaan tanggung jawaab pribadi, hidup pada saat sekarang, pengalaman langsung, penghindaran diri, urusan yang tidak sesuai dan penembusan jalan buntu.
            Sasaran terapeutik utamanya adalah menantang klien untuk beralih dari dukungan lingkungan kepada dukungan sendiri. Dalam pendekatan ini, terapis membantu klien agar mengalami penuh segenap perasaannya dan supaya klien mampu membuat penafsiran-penafsiran sendiri. Serta terapis lebih memusatkan perhatian pada bagaimana klien bertindak.
Salah satu kelebihan terapi Gestalt adalah pengalaman-pengalaman masa lampau klien yang relevan dibawa ke saat sekarang, sehingga hasilnya jauh lebih baik disbanding dengan hanya membicarakan keterangan histiris klien secara abstrak. Akan tetapi, terapi Gestalt cenderung anti-intelektual dalam arti kurang memperhitungkan factor-faktor kognitif.

D. Tokoh-tokoh dalam Humanistik
1. Abraham Maslow 
Abraham Maslow adalah seorang psikolog terkenal yang teman bekerja pada psikologi humanistik telah melihat ketenaran menyebar ke berbagai mata pelajaran kemanusiaan seperti geografi dan demografi. Ia terutama terkenal dengan Hierarchy-nya ‘Kebutuhan.
Abraham Harold Maslow lahir pada 1 April 1908 di Brooklyn, New York . Maslow adalah anak sulung dari tujuh bersaudara yang lahir dari imigran Yahudi Rusia. Relatif tidak berpendidikan sendiri mereka melihat belajar sebagai kunci untuk anak-anak mereka berhasil di tanah air baru mereka. Dengan demikian semua anak-anak mereka didorong untuk belajar; Abraham anak tertua didorong sangat keras karena ia diakui sebagai seorang intelektual di usia muda.
2. Carl R Rogers
Carl Ransom Rogers lahir di Oak Park, Illinois, pada 8 Januari 1902. Pada umur 12 tahun keluarganya mengusahakan pertanian dan Rogers menjadi tertarik kepada pertanian secara ilmiah. Pertanian ini membawanya ke perguruan tinggi, dan pada tahun-tahun pertama Rogers sangat gemar akan ilmu alam dan ilmu hayat. Setelah menyelesaikan pelajaran di University of Wisconsin pada 1924 Rogers masuk Union Theological College of Columbia, disana Rogers mendapat pandangan yang liberal dan filsafat mengenai agama. Kemudian pindah ke Teachers College of Columbia, disana Rogers terpengaruh oleh filsafat John Dewey serta mengenal psikologi klinis dengan bimbingan L. Hollingworth. Rogers mendapat gelar M.A. pada 1928 dan doctor pada 1931 di Columbia. Pengalaman praktisnya yang pertama-tama diperolehnya di Institute for Child Guidance. Lembaga tersebut orientasinya Freudian. Rogers menemukan bahwa pemikiran Freudian yang spekulatif itu tidak cocok dengan pendidikan yang diterimanya yang mementingkan statistik dan pemikiran menurut aliran Thorndike.

E. Contoh Kasus Terapi Humanistik 
Anis mengalami masalah dalam harga diri, dia merasa dirinya tidak berarti. Berawal dari masa kecil Anis selalu menjadi bahan ledekan temannya karena Anis memiliki rambut yang keriting dan mempunyai keterbatas dalam mengucapkan salah satu huruf (cadel). Mulai saat itu Anis di jauhi teman-temannya dan selalu berdiam diri di dalam rumah, tidak melakukan kontak sosial. Anis merasa dirinya tidak pantas untuk bersosialisasi dan berteman dengan orang lain. Sehingga keadaan seperti ini mengganggu aktivitas sehari-hari Anis dia jadi merasa tidak bahagia, mengalami depresi dan selalu menyalahkan dirinya atas semua kejadian ini.
Terapi yang cocok untuk Anis adalah Terapi Person-Centered Therapy dimana pada terapi ini, terapis membantu Anis untul lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan kondisi-kondisi penerimaan dan penghargaan dalam hubungan terapeutik. 




Sumber : 
http://masmnir.blogspot.co.id/2013/10/terapi-gestalt.html
https://nurainiajeeng.wordpress.com/2013/03/30/person-centered-therapy/
http://perdanahans.blogspot.co.id/p/teori-humanistik.html
http://perjalanankuliahkita.blogspot.co.id/2013/06/biografi-carl-ransom-rogers.html
http://belajarpsikologi.com/biografi-abraham-maslow-dan-teorinya/

Senin, 11 Januari 2016

Analisis Jurnal : Kepuasan kerja

Judul    : Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja individual dengan self 
                  esteem dan self efficacy sebagai variabel intervening.
Penulis : Cecilia Engko
Jurnal   : Bisnis & Akutansi
Volume :10
No           : 1
Bulan     : April
Tahun    : 2008
Hal          : 1-12

LATAR BELAKANG

Banyak penelitian-penelitian akuntansi yang mencoba mencari pemahaman hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja individual. Beberapa penelitian menyatakan bahwa ada hubungan positif antara kepuasan kerja dan kinerja individual (Parker dan Kleemeir 1951; Vroom 1960; dan Strauss 1968 dalam Maryani dan Supomo 2001). Penelitian yang menguji hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja individual masih tidak jelas. Meta analisis yang dilakukan oleh Iffaldano dan Muchinsky (1986) menemu-kan korelasi yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Ostroff (1992) memberikan bukti empiris bahwa kepuasan kerja tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan peningkatan kinerja individual. Ketidakjelasan hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja individual mendorong peneliti untuk mela-kukan pengujian kembali hubungan antara kepuasan kerja dengan kinerja individual dengan menggunakan self esteem dan self efficacy sebagai variabel pemediasi.
Untuk melihat apakah self esteeem dan self efficacy dapat memediasi hu-bungan antara kepuasan kerja dan kinerja individual, dimana self esteem adalah suatu keyakinan nilai diri sendiri berdasarkan evaluasi diri secara keseluruhan. Perasaan-perasaan self esteem, pada kenyataannya terbentuk oleh keadaan kita dan bagaimana orang lain memperlakukan kita. Seseorang dengan self esteem yang tinggi akan melihat dirinya berharga, mampu dan dapat diterima. Orang dengan self esteem rendah tidak merasa baik dengan dirinya (Kreitner dan Kinicki 2003), sedangkan Self efficacy ada-lah keyakinan seseorang mengenai peluangnya untuk berhasil mencapai tugas tertentu (Kreitner dan Kinicki 2003). Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan objek yaitu dosen karena melihat fenomena yang terjadi ada beberapa dosen merasa dirinya tidak berarti di lingkungannya sehingga membuatnya merasa terasing, minder dan jika memiliki keyakinan bahwa dia tidak mampu untuk menjalani tugasnya sebagai seorang dosen yang harus mengajar, melakukan penelitian-penelitian menjadikan profesinya sebagai suatu beban sehingga dapat menurunkan kepuasan dan kinerjanya. Seseorang yang memiliki self esteem yang tinggi akan merasa dirinya begitu berharga, berarti dan jika dia memilki self efficacy yang tinggi akan merasa yakin dengan kemampuannya untuk berhasil. Hal ini sangat mendukung karier maupun kinerjanya sebagai seorang dosen.

A. RUMUSAN MASALAH
perumusan masalah penelitiannya adalah apakah terdapat pengaruh positif antara kepuasan kerja terhadap self esteem, kepuasan kerja terhadap self efficacy, kepuasan kerja terhadap kinerja individual, self esteem terhadap self efficacy, self esteem terhadap kinerja individual dan self efficacy terhadap kinerja individual.

B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris tentang keberadaan a) efek positif kepuasan kerja terhadap harga diri, b) efek positif kepuasan kerja terhadap efikasi diri, c) efek positif dari kinerja kepuasan kerja, d) efek positif harga diri padaself efficacy, e) efek positif dari harga diri pada prestasi kerja, f) efek positif dari self efficacy pada kinerja pekerjaan.

C. KAJIAN PUSTAKA
  • Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja dapat dipahami melalui tiga aspek. Pertama, kepuasan kerja merupakan bentuk respon pekerja terhadap kondisi lingkungan pekerjaan. Kedua, kepu-asan kerja sering ditentukan oleh hasil pekerjaan atau kinerja. Ketiga, kepuasan kerja terkait dengan sikap lainnya dan dimiliki oleh setiap pekerja (Luthans 1995).
  • Self Esteem
Self esteem adalah suatu keyakinan nilai diri sendiri berdasarkan evaluasi diri secara keseluruhan. Perasaan-perasaan self esteem, pada kenyataannya terbentuk oleh keadaan kita dan bagaimana orang lain memperlakukan kita
  • Self Efficacy
Self efficacy adalah keyakinan seseorang mengenai peluangnya untuk ber-hasil mencapai tugas tertentu (Kreitner dan Kinicki 2003). Menurut Philip dan Gully (1997), self efficacy dapat dikatakan sebagai faktor personal yang membedakan setiap individu dan perubahan self efficacy dapat menyebabkan terjadinya perubahan perilaku terutama dalam penyelesaian tugas dan tujuan.
  • Kinerja Individual
Kinerja individual mengacu pada prestasi kerja individu yang diatur berdasar-kan standar atau kriteria yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi. Kinerja individual yang tinggi dapat meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Penelitian Goodhue dan Thompson (1995) menyatakan bahwa pencapaian kinerja individual berkaitan dengan pencapaian serangkaian tugas-tugas individu.

D. HPOTESIS
H1: Kepuasan kerja memiliki pengaruh positif terhadap self esteem
H2: Kepuasan kerja memiliki pengaruh positif terhadap self efficacy
H3: Kepuasan kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja individual
H4: Self esteem memiliki pengaruh positif terhadap self efficacy
H5: Self esteem memiliki pengaruh positif terhadap kinerja individual
H6: Self efficacy memiliki pengaruh positif terhadap kinerja individual

METODE PENELITIAN

A. Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data
Data penelitian dikumpulkan dengan kuisioner yang disebarkan kepada sampel mahasiswa Magister Sains Universitas Gadjah Mada yang berprofesi sebagai dosen. Pengumpulan data dilakukan selama 3 minggu, kuisioner disebarkan secara langsung oleh peneliti maupun oleh rekan peneliti. Dari 45 kuisioner yang kembali telah diperiksa secara teliti oleh penulis dan ada 2 kuisioner yang tidak lengkap dan tidak dapat digunakan, sehingga yang dapat dianalisa lebih lanjut adalah 43 kuisioner sebagai sampel dalam penelitian ini.

B. Pengukuran Variabel
Variabel kepuasan kerja diukur dengan menggunakan instrumen yang dikem-bangkan oleh Weiss et al. (1967) dengan minnesota satisfaction questionare (MSQ) dan instrumen ini juga digunakan pada disertasi doktoral Indriantoro (1997).
Variabel kinerja individual diukur dengan menggunakan instrumen yang di-kembangkan oleh Flippo (1984) dengan 10 pertanyaan yang memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang telah teruji. Variabel self esteem diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Rosenberg (1965) yang telah diterjemahkan dan digunakan oleh Azwar (2003) dengan 10 pertanyaan yang memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang telah teruji.
Variabel self efficacy diukur dengan menggunakan instrumen yang dikem-bangkan oleh Bandura (1977) dan digunakan oleh Jones (1986). Instrumen yang ber-kaitan dengan self efficacy terdiri dari 8 item pertanyaan.

HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menguji enam hipotesis untuk melihat bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja individual dengan self esteem dan self efficacy sebagai varaibel pemediasi. Dari hasil pengujian 6 hipotesis, ada 2 hipotesis yang tidak terdu-kung yaitu hipotesis 1 yang mengukur hubungan antara kepuasan kerja dan self esteem. Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Judge dan Bono (2001). Hipotesis yang tidak terdukung juga pada hipotesis 5 yang mengukur hubungan antara self esteem dan kinerja individual. Hasilnya menunjukkan bahwa self esteem memiliki hubungan negatif dengan kinerja individual. Sedangkan hipotesis 2, hipotesis 3, hipo-tesis 4, hipotesis 6 terdukung. Penelitian ini juga berhasil menguji atau menemukan bahwa variabel self esteem dan self efficacy dapat memediasi hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja individual.

PENDAPAT KELOMPOK
Menurut kelompok kami penelitian sudah sangat bagus karena menggunakan instrument yang lengkap, teruji validitas dan  reliabelnya. Dapa penelitian ini juga disajikan hasil dari penelitian sehingga menbuat pembaca lebih mengerti, namun menurut kelompok kami perlu di perbaiki keterbatasan penelitian yang disampaikan pada jurnal bahwa kurang representatif dengan sampel yang diambil hanya mahasiswa S2 UGM jurusan ilmu-ilmu sosial yang berprofesi sebagai dosen. Semoga penelitian selanjutnya dapat menutupi keterbatasan pada penelitian ini.

Selasa, 05 Januari 2016

Analisis Jurnal : Job Enrichment

Judul    : Pengaruh Job Enrichment terhadap Motivasi, Kepuasan Kerja dan 
                  Komitmen Organisasi pada  PT. Nutrifood Indonesia Surabaya
Penulis : Andreas Ongkowidjojo

LATAR BELAKANG
Motivasi dapat ditingkatkan melalui berbagai cara, antara lain dengan memberikan Job Enrichment pada para karyawan (Raza dan nawaz, 2011). Dengan memberikan tanggung jawab yang lebih besar kepada karyawan melalui Job Enrichment, maka para karyawan akan menjadi lebih termotivasi untuk dapat memenuhi tanggung jawab yang dibebankan oleh perusahaan. Jadi salah satu faktor yang dapat memotivasi karyawan adalah tingkat tanggung jawab yang diberikan oleh perusahaan.
Job Enrichment juga dapat meningkatkan kepuasan dan komitmen pada perusahaan. Dengan pemberian tanggung jawab yang besar pada karyawan maka karyawan akan merasa lebih puas karena hasil kerjanya mendapat pengakuan. Job Enrichment memberikan sejumlah keuntungan seperti lebih banyak karyawan yang merasa puas, pelanggan merasa puas dengan pelayanan, mengurangi pekerjaan karyawan yang melebihi kapasitas, dan mengurangi kesalahan yang dilakukan karyawan.

A.    PERUMUSAN MASALAH
  1. Apakah Job Enrichment berpengaruh terhadap Motivasi pada karyawan PT. Nutrifood Indonesia Surabaya?
  2. Apakah Job Enrichment berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja pada karyawan PT. Nutrifood Indonesia Surabaya?
  3. Apakah Job Enrichment berpengaruh terhadap Komitmen Organisasional pada karyawan PT. Nutrifood Indonesia Surabaya?
B.    TUJUAN PENELITIAN
  1. Pengaruh Job Enrichment terhadap Motivasi pada karyawan PT. Nutrifood Indonesia Surabaya.
  2. Pengaruh Job Enrichment terhadap Kepuasan Kerja pada karyawan PT. Nutrifood Indonesia Surabaya.
  3. Pengaruh Job Enrichment terhadap Komitmen Organisasional pada karyawan PT. Nutrifood Indonesia Surabaya.
C.    TINJAUAN PUSTAKA
  • Job Enrichment
 (Pengayaan Pekerjaan) Menurut Mathis dan Jackson (2006) Job Enrichment adalah peningkatan kedalam sebuah pekerjaan dengan menambah tanggung jawab untuk merencanakan, mengatur, mengendalikan, dan mengevaluasi pekerjaan.
  • Motivasi Kerja
Menurut As’ad (2002:45) motivasi kerja didefinisikan sebagai sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi biasa disebut sebagai pendorong atau semangat kerja. Sedangkan menurut Robbins (2002:166), motivasi sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi sesuatu kebutuhan individu. Sementara motivasi umum bersangkutan sengan upaya ke arah setiap tujuan yang fokusnya dipersempit terhadap tujuan organisasi. Ketiga unsur kunci dalam definisi ini adalah upaya, tujuan, dan kebutuhan.
  • Kepuasan Kerja
Handoko (2001:193) mengatakan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Adapun menurut Kuswadi (2004:13) kepuasan kerja merupakan ukuran sampai seberapa jauh perusahaan dapat memenuhi harapan karyawannya yang berkaitan dengan berbagai aspek dalam pekerjaan dan jabatannya. Kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, yang menunjukkan perbedaan atnara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya mereka terima (Wibowo, 2007:229)
  • Komitmen Organisasional
Sheldon dalam Oktorita, et al., (2001) menyatakan bahwa komitmen sebagai atau orientasi terhadap perusahaan yang menghubungkan identitas seseorang pada perusahaannya. Robins dalam Oktorita, et al., (2001) menambahkan pengertian komitmen sebagai suatu sikap yang menggambarkan orientasi karyawan terhadap perusahaan. Sementara Miner dalam Oktorita, et al., (2001) menyatakan bila ditinjau dari segi sikap, pengertian komitmen adalah kekuatan relatif dari keterlibatan karyawan dan identifikasi karyawan terhadap perusahaan dimana ia bekerja.

D.    HIPOTESIS
  1. H1: Job Enrichment berpengaruh terhadap Motivasi kerja pada karyawan PT. Nutrifood Indonesia Surabaya.
  2. H2: Job Enrichment berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja pada karyawan PT. Nutrifood Indonesia Surabaya.
  3. H3: Job Enrichment berpengaruh terhadap Komitmen Organisasional pada karyawan PT. Nutrifood Indonesia Surabaya
METODE PENELITIAN

A. IDENTIFIKASI VARIABEL
  1. Variabel Eksogen (X):X1: Job Enrichment,
  2. Variabel Endogen (Y): Y1 : Motivasi kerja, Y2: Kepuasan Kerja, dan Y3: Komitmen Organisasional
B. SAMPEL DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Sampel dari penelitian ini sebanyak 106 orang. Alasan mengambil jumlah sampel 106 orang ialah karena jumlah karyawan di PT. Nutrifood Indonesia Surabaya yang berjumlah 106 orang maka seluruh populasi dijadikan sampel karena telah memenuhi syarat minimum sample sebanyak 100 responden.  Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dengan kriteria repsonden telah bekerja selama lebih dari 1 tahun di karyawan PT. Nutrifood Indonesia Surabaya, serta merupakan karyawan tetap PT. Nutrifood di Surabaya.

C. TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear sederhana.

D. KESIMPULAN 
  1. Job Enrichment berpengaruh signifikan dan positif terhadap motivasi kerja. Hal ini berarti bahwa Job Enrichment yang tinggi dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan.
  2. Job Enrichment berpengaruh signifikan dan positif terhadap kepuasan kerja. Hal ini berarti bahwa Job Enrichment yang tinggi dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
  3. Job Enrichment berpengaruh signifikan dan positif terhadap komitmen organisasional Hal ini berarti bahwa Job Enrichment yang tinggi dapat meningkatkan komitmen organisasional karyawan.

PENDAPAT KELOMPOK 
Menurut kelompok kami penilitian ini sudah cukup baik. Tes yang digunakan juga cukup mewakilkan untuk mengungkap pengaruh Job Enrichment pada karwayan. Namun dalam jurnal penelitian ini masih kurang dalam hal latar belakang kenapa ingin membuat jurnal ini, dan hasil dari dari penelitian tidak di perlihatkan hanya terdapat kesimpulan, kemudian jurnal ini tidak memiliki syarat lengkap sebagai jurnal ilmiah seperti di cantumkannya volume,halaman dan tahun.

Selasa, 29 Desember 2015

Analisis Jurnal : Motivasi


Penulis Jurnal :  Anak Agung Putu Chintya Putri Suardana dan Nicholas Simarmata
Judul               :  Hubungan Antara Motivasi Belajar dan Kecemasan pada Siswa Kelas VI 
                           Sekolah Dasar di Denpasar Menjelang Ujian Nasional
Jurnal : Psikologi
Volume : 1
No : 1
Tahun : 2013
Hal : 203-212

LATAR BELAKANG

Terlampau cemas dan takut menjelang ujian, justru akan menganggu kejernihan pikiran dan daya ingat untuk belajar dengan efektif sehingga mengganggu kejernihan mental yang amat penting untuk dapat mengatasi ujian (Goleman, 1997).
Pelaksanaan Ujian Nasional menimbulkan kecemasan bagi siswa. Ujian akhir sekolah atau saat ini sering disebut Ujian Nasional merupakan salah satu sumber kecemasan siswa (Santrock, 2007). Ujian Nasional yang dapat menentukan kelulusan siswa dapat mengakibatkan kekhawatiran dan rasa was-was (rasa takut yang belum pasti). Ketika kecemasan menjadi sebuah ketakutan yang berlebihan, tentu saja akan mengganggu psikis dan mental siswa. Akibatnya, soal-soal yang seharusnya biasanya mampu dijawab oleh siswa di sekolah, seakan menjadi soal yang tidak mampu dijawab (Alhudaya, 2012).
Aswandi (dalam Nurlaila, 2011) mengatakan bahwa Ujian Nasional yang diselenggarakan pada tahun 2008 lalu dinilai sangat berat dan membuat peserta Ujian Nasional merasa takut, tertekan, dan depresi menghadapi ujian dan sangat tidak menutup kemungkinan berdampak pada gangguan psikologis, jika nantinya gagal atau tidak lulus Ujian Nasional. Kecemasan juga menghinggapi siswa sekolah dasar kelas VI karena siswa kelas VI dituntut untuk lulus, dalam rangka menunjukkan keberhasilan belajar setelah menempuh masa pendidikan di sekolah dasar.

A. Kajian Pustaka
Menurut Taylor (2006), kecemasan merupakan suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa tidak aman. Perasaan yang tidak menyenangkan umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejala psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tak dapat berkonsentrasi, dan sebagainya).
Menurut Atkinson (1996) kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang kadang-kadang dialami individu dalam tingkatan yang berbeda-beda. Chaplin (2001) menjelaskan bahwa pada dasarnya kecemasan akan menyertai disetiap kehidupan manusia terutama bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik. 
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri individu yang ditandai dengan munculnya rasa dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian ini mengandung tiga unsur penting, yaitu (McDonald, 2009):
  1. Bahwa motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu
  2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa, afeksi individu
  3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan

Good & Brophy (dalam Syah, 2011) menyatakan bahwa belajar merupakan sustu proses interaksi yang dilakukan individu dalam memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri (belajar).
Iskandar (2009) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman. Motivasi ini tumbuh karena ada keinginan untuk mengetahui dan memahami sesuatu dan mendorong serta mengarahkan minat belajar siswa sehingga sungguh-sungguh untuk belajar dan termotivasi untuk mencapai prestasi
Motivasi belajar dibagi menjadi dua dimensi yaitu dimensi motivasi intrinsik dan dimensi motivasi ekstrinsik. Sardiman (2011) menyatakan bahwa motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu didorong dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk mMotivasi ekstrinsik menurut Sardiman (2011) adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya dorongan dari luar.elakukan sesuatu. 

B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan hal-hal tersebut maka peneliti ingin mengetahui hubungan antara motivasi belajar dan kecemasan pada siswa kelas VI sekolah dasar di Denpasar menjelang Ujian Nasional

C. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi serta menambah khasanah penelitian khususnya yang berkaitan dengan kecemasan siswa kelas VI sekolah dasar menjelang Ujian Nasional.
Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu bagi siswa sekolah dasar dapat mengatur diri dan mengatur waktu belajar yang baik dengan cara membuat jadwal belajar yang teratur sehingga siswa siap dalam mengahadapi Ujian Nasional, bagi kepala sekolah dan guru agar dapat merancang strategi belajar seperti membuat jadwal bimbingan belajar tambahan terhadap mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional, dan bagi orang tua agar memberikan perhatian seperti memberikan izin untuk mengikuti bimbingan pelajar tambahan di sekolah serta oramg tua selalu menyempatkan untuk memberikan perhatian dan waktu luang dalam membimbing putra-putrinya belajar di rumah.

METODE

A.Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional.

B.Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini motivasi belajar merupakan variabel bebas dan kecemasan merupakan variabel tergantung.

C.Responden Penelitian
Subjek dalam penelitian ini merupakan 100 siswa kelas VI di salah satu sekolah dasar di Denpasar. Pemilihan subjek dilakukan dengan metode cluster random sampling. Responden ditetapkan dengan kriteria berusia 11-12 tahun, laki-laki dan perempuan, sehat jasmani dan rohani, mampu berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dan bersedia menjadi responden.

D.Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari, pada saat siswa kelas VI sekolah dasar sedang menjalani masa try out dalam rangka menjelang Ujian Nasional. siswa sekolah dasar Negeri Tulanganmpiang Denpasar.

E. Alat ukur
Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan adalah untuk melihat hubungan antara motivasi belajar dan kecemasan pada siswa kelas VI sekolah dasar di Denpasar menjelang Ujian Nasional. Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah skala sikap model Likert. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Motivasi Belajar dan Skala Kecemasan yang akan dibuat sendiri oleh peneliti.

F. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan dua jenis skala, yaitu skala untuk mengukur motivasi belajar dan skala untuk mengukur kecemasan. Dalam penelitian ini peneliti menyebarkan 100 skala yang dibagi kepada 100 subjek. Jumlah skala yang kembali berjumlah 100 skala dan dapat dipergunakan dengan baik untuk dianalisis.

G.Teknik analisis data
Analisis data yang akan dipakai yaitu dengan menggunakan metode teknik korelasi product moment dari Karl Pearson.

HASIL PENELITIAN
Dari keseluruhan analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara motivasi belajar dan kecemasan pada siswa kelas VI sekolah dasar menjelang Ujian Nasional. Hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasi (r) sebesar (-) 0,303 dan angka probabilitas p = 0,000. Sumbangan variabel motivasi belajar terhadap kecemasan dapat dilihat dari koefisien determinasi (r2) yaitu 0,092 yang memiliki arti bahwa sumbangan variabel motivasi belajar terhadap variabel kecemasan sebesar 9,2%, sedangkan 90,8% dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel motivasi belajar.

TANGGAPAN KELOMPOK
Pendapat dari kelompok kami mengenai review jurnal tersebut bahwa jurnal tersebut sudah cukup baik dan memberikan informasi-informasi mengenai motivasi belajar dan kecemasan serta dapat membantu pelajar-pelajar dalam menghadapi kecemasan saat menjelang Ujian Nasional khususnya pada pelajar Sekolah Dasar. Tema yang dipilih dalam penulisan jurnal tersebut juga sederhana dan sesuai dengan fenomena-fenomena yang sedang terjadi sekarang sehingga kami harap dalam penulisan jurnal tersebut dapat bermanfaat dan dimanfaatkan sebijak mungkin.

 

ayurositana Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang