A. STRESS
1. Definisi Stress
Kata
“stress” bisa diartikan berbeda bagi tiap-tiap individu. Sebagian individu
mendefinisikan stres sebagai tekanan, desakan atau respon emosional. Para
psikolog juga mendefinisikan stres dalam berbagai bentuk. Stres bisa
mengagumkan, tetapi bisa juga fatal. Semuanya tergantung kepada para penderita.
Lazarus dan
Folkman, 1984 menyatakan, stres psikologis adalah sebuah hubungan antara
individu dengan lingkungan yang dinilai oleh individu tersebut sebagai hal yang
membebani atau sangat melampaui kemampuan seseorang dan membahayakan
kesejahteraannya.
Menurut
Robert S. Fieldman (1989) stress adalah suatu proses yang menilai suatu
peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan
individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan
perilaku. Peristiwa yang memunculkan stress dapat saja positif (misalnya:
merencanakan perkawinan) atau negatif (contoh: kematian keluarga). Sesuatu
didefinisikan sebagai peristiwa yang menekan (stressfull event) atau tidak,
bergantung pada respon yang diberikan oleh individu.
2. Efek stres
- Letih
Kecemasan
dan stres dapat mengganggu tidur dan istirahat Anda. Stres juga memicu produksi
hormon kortisol yang juga disebut sebagai hormon stres yang sebenarnya membantu
tubuh melawan stres. Tetapi dalam jangka panjang aau sering, jumlah cortisol
akan menurun dan membuat otak dan tubuh menjadi lelah dan letih.
- Libido
Stres kronis akan mempengaruhi
produksi estrogen yang menjaga fungsi organ reproduksi agar tetap stabil. Saat
produksi estrogen terganggu, libido Anda juga terkena imbasnya dan membuat anda
tidak memiliki gairah seksual.
- Sembelit
Ketidak seimbangan hormon yang
disebabkan stres juga dapat membuat Anda susah buang air besar. Jika Anda
mengalaminya, perbanyak konsumsi cairan, serat, gunakan obat pelancar buang air
besar bila perlu.
- Berat badan
Pada beberapa orang, stres mengakibatkan
gangguan pola makan dan binge eating, yaitu makan secara berlebihan. Karena
itu, stres dapat membuat berat badan Anda meningkat secara cepat.
- Rambut rontok
Hormon Androgen membuat kulit Anda
pecah-pecah dan rambut menjadi mudah patah dan rontok, tetapi keadaan ini bisa
pulih dengan pola makan seimbang.
3. General Adaptation Syndrome
Menurut Hans
Selye, 1950 stress adalah respon tubuh yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban di
atasnya. Selye memformulasikan konsepnya dalam General Adaptation Syndrome
(GAS). GAS
ini berfungsi sebagai respon otomatis, respon fisik, dan respon emosi pada
seorang individu. Selye mengemukakan bahwa tubuh kita bereaksi sama terhadap
berbagai stressor yang tidak menyenangkan, baik sumber stress berupa serangan
bakteri mikroskopi, penyakit karena organisme, perceraian ataupun kebanjiran.
Model GAS menyatakan bahwa dalam keadaan stress, tubuh kita seperti jam dengan
system alarm yang tidak berhenti sampai tenaganya habis.
Respon GAS
ini dibagi dalam tiga fase, yaitu:
a. Reaksi
waspada (alarm reaction stage)
Adalah
persepsi terhadap stresor yang muncul secara tiba-tiba akan munculnya reaksi
waspada. Reaksi ini menggerakkan tubuh untuk mempertahankan diri. Diawali oleh
otak dan diatur oleh sistem endokrin dan cabang simpatis dari sistem saraf
autonom. Reaksi ini disebut juga reaksi berjuang atau melarikan diri
(fight-or-flight reaction)
b. Reaksi
Resistensi (resistance stage)
Adalah tahap
di mana tubuh berusaha untuk bertahan menghadapi stres yang berkepanjangan dan
menjaga sumber-sumber kekuatan (membentuk tenaga baru dan memperbaiki
kerusakan). Merupakan tahap adaptasi dimana sistem endokrin dan sistem simpatis
tetap mengeluarkan hormon hormon stres tetapi tidak setinggi pada saat reaksi
waspada.
c. Reaksi
Kelelahan (exhaustion stage)
Adalah fase penurunan resistensi, meningkatnya
aktivitas para simpatis dan kemungkinan deteriorasi fisik. Yaitu apabila
stresor tetap berlanjut atau terjadi stresor baru yang dapat memperburuk
keadaan. Tahap kelelahanditandai dengan dominasi cabang parasimpatis dari ANS.
Sebagai akibatnya, detak jantung dan kecepatan nafas menurun. Apabila sumber
stres menetap, kita dapat menngalami ”penyalit adaptasi” (disease of
adaptation), penyakit yang rentangnya panjang, mulai dari reaksi alergi sampai
penyakit jantung, bahkan sampai kematian.
B. Tipe – tipe stres
psikologis
1. Tekanan
merupakan
suatu beban yang dirasakan oleh seseorang. Tekanan yang timbul dari tuntutan kehidupan
sehari-hari dapat berasal dari dalam diri individu itu sendiri, misalnya apa
yang kita inginkan atau harapan ternyata tidak sesuai dengan hasilnya. Tekanan
yang berasal dari luar diri individu, misalnya paksaan dari orang tua saat
menetukan jurusan dalam kuliah.
2. Frustasi
dapat muncul
akibat adanya suatu kegagalan ketika seseorang ingin mencapai suatu hal atau
tujuan yang diinginkannya. Contoh : Andi ingin masuk salah satu perguruan
tinggi negeri namun ia gagal dan mengakibatkan frustasi.
3. Konflik
dapat
terjadi apabila seorang individu harus memilih antara dua tujuan atau dua
tindakan yang tidak sejalan. Konflik dibedakan berdasar nilai dari
masing-masing pilihan; jika pilihannya memiliki tujuan yang positif bagi
individu maka dinamakan sebagai approach tendency. Sedangkan jika pilihannya
memiliki tujuan negatif dinamakan avoidance tendency. Macam-macam konflik:
a. approach-
approach conflict
dua pilihan
yang masing-masing memiliki alternatif yang diinginkan.
b.
avoidance-avoidance conflict
dua pilihan
yang sama-sama memiliki konsekuensi negatif.
c.
approach-avoidance conflict
satu objek memiliki konsekuensi positif maupun
negatif.
d. double
approach-avoidance conflict
dua
alternatif yang sama-sama punya konsekuensi positif dan negatif.
4. Kecemasan
adalah emosi
tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan seperti khawatir, prihatin,
tegang, dan takut yang dialami oleh semua orang tetapi dengan kadar dan
tingkatan yang berbeda-beda.
C. Symptom-reducing
responses
- Macam-macam penyesuaian diri terhadap stres, ada dua yaitu:
a.
Penyesuaian yang bersifat mengurangi atau memperlemah symptom stres
b.
Penyesuaian yang sifatnya berusaha atau membantu mengatasi secara lebih terarah
sumber stres yang ada, disebut dengan penyesuaian efektif.
- Penyesuaian yang bersifat mengurangi symptom stres, ada dua macam:
a. Yang
bersifat tak disadari: seringkali dilakukan adalah defense mechanisms
(mekanisme pertahanan diri atau ego).
b. Yang
bersifat disadari: membicarakannya dengan orang lain, melakukan pekerjaan lain
yang mengurangi symptom stress.
- menyangkut Mekanisme Pertahanan Diri (Defense Mechanisms)
Mekanisme
pertahanan diri digunakan oleh self (=ego, dalam Psikoanalisa) untuk melindungi
dari segala ancaman. Sifatnya kebanyakan tak disadari, otomatis muncul saat
individu menghadapi ancaman baik dengan kesadaran minimum atau tidak sama
sekali. Tujuannya meredakan ketegangan akibat stres. Biasanya muncul karena
terpicu adanya: kecemasan, konflik, atau frustrasi. Jenis mekanisme pertahanan
diri :
1. Represi
(repression). Berusaha menekan pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan ke
bawah sadar (motivated forgetting).
2. Supresi
(supression). Upaya sadar individu untuk mengendalikan keinginan-keinginan yang
memunculkan kecemasan, dan mengekspresikannya pada waktu tertentu saja.
3.
Pengingkaran (Denial). Menolak melihat atau mendengar aspek realita yang
tidak meyenangkan atau mengancam. Menolak pengakuan eksternal atau realita
sosial.
4.
Rasionalisasi. Usaha untuk memberikan alasan pada perilaku yang tidak diterima
dalam cara yang diterima sosial dan rasional.
5. Proyeksi.
Upaya individu untuk melemparkan penyebab frustrasinya pada orang lain. Misal:
cinta orang lain, tapi takut bilang, yang muncul adalah bilang dicintai orang
tersebut.
6.
Reaksi-formasi. Mengalihkan motif yang dimiliki ke motif lain yang berlawanan,
sebagai upaya mengurangi kecemasan yang muncul akibat motif pertama yang tadi
tidak diterima superego atau moral.
7.
Displacement . Tidak tercapainya suatu motif tertentu, yang kemudian dialihkan
pada motif yang sejenis tapi beda kegiatan.
- Sarana Coping untuk Stres
Minor
merupakan respon terhadap stres ringan, yang sangat dipengaruhi oleh proses
belajar individu. Berlaku otomatis, tetapi lebih disadari oleh individu (ada
pada level kesadaran). Sarana yang dilakukan dipengaruhi juga oleh: situasi,
kekuatan dan kesegeraan gangguan, serta pola kebiasaan individu dalam
menghadapi stres. Jenisnya:
a. Kontak
fisik, makan, minum
b. tertawa,
menangis, memaki/ mengutuk
c.
membicarakan dengan orang lain, merenungi masalah seorang diri
d. melakukan
aktivitas yang meredakan ketegangan (misal: olahraga, jalan-jalan, main games).
Akan tetapi
sifatnya: tidak menghilangkan sumber stress sementara, memiliki keterbatasan
dalam mengurangi ketegangan akibat stress.
D. Pendekatan “problem-solving” terhadap
stress
Merupakan
jenis penyesuaian terhadap stres yang bersifat disadari, berupaya menghilangkan
sumber stres, tidak tergesa-gesa dan lebih terarah serta ada strategi tertentu,
sehingga lebih efektif. Jenisnya :
a.
memodifikasi diri agar lebih toleran terhadap stres.
b.
memodifikasi situasi yang menimbulkan stres.
- Meningkatkan Toleransi Terhadap Stres
a. Toleransi
terhadap tekanan. Membiasakan diri bekerja di bawah stres dengan meningkatkan
kemampuan dan keterampilan.
b. Toleransi
terhadap frustrasi. Berusaha lebih independen terhadap lingkungan mencoba
memahami sumber frustrasi kita belajar untuk menunda pemuasaan atau kesenangan.
c. Toleransi
terhadap konflik. Menyadari adanya konflik mencari segi positif terbanyak dan
efek emosionalnya.
d. Toleransi
terhadap kecemasan. Mencoba tetap merasakan kecemasan tanpa mengurangi performa
kita menggali lebih banyak pengalaman dan belajar menghadapi situasi yang
membuat kita cemas.
- Pendekatan yang Berorientasi Tugas
a.
Pendekatan Asertif. Merupakan pendekatan yang menekankan pada usaha-usaha
individu untuk mengekspresikan hak dan keinginan tanpa merebut hak orang lain.
b.
Pendekatan Menarik Diri. Dapat dilakukan apabila sumber stres tidak dapat
dihilangkan dengan asertif dan kompromi. Strategi sementara untuk mengatasi
stres yang dapat berakibat memperburuk kesehatan individu tersebut. Misal: cuti
kuliah untuk mengumpulkan biaya kuliah.
c. Berkompromi.
Biasa digunakan apabila agen sumber stres memiliki otoritas lebih tinggi dari
kita, atau sama-sama seimbang. Baik-buruknya sangat tergantung pada sejauh mana
kepuasan dapat diperoleh individu, dan sebesar apa usaha yang dilakukan untuk
mengurangi stres.
Tiga tipe
kompromi:
1.
Comformity, merubah sikap menjadi lebih realistik mengikuti prosedur umum yang
berlaku.
2.
Negotiation, secara aktif mencapai kompromi dengan berbagai situasi stres,
biasa digunakan pada area publik dan interpersonal, lebih baik daripada
kompromi karena sifatnya mutual.
3.Substitution,
memutuskan alternatif pemecahan terbaik untuk mencapai tujuan yang sama.
Sumber :
- Basuki, Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma
- http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-marisalael-7626-3-babii.pdf
- http://digilib.uinsby.ac.id/8084/4/bab%202.pdf
- http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24670/4/Chapter%20II.pdf
0 komentar:
Posting Komentar