Selasa, 21 April 2015

Kesehatan Mental : Stress

A. STRESS

1. Definisi Stress

Kata “stress” bisa diartikan berbeda bagi tiap-tiap individu. Sebagian individu mendefinisikan stres sebagai tekanan, desakan atau respon emosional. Para psikolog juga mendefinisikan stres dalam berbagai bentuk. Stres bisa mengagumkan, tetapi bisa juga fatal. Semuanya tergantung kepada para penderita.
Lazarus dan Folkman, 1984 menyatakan, stres psikologis adalah sebuah hubungan antara individu dengan lingkungan yang dinilai oleh individu tersebut sebagai hal yang membebani atau sangat melampaui kemampuan seseorang dan membahayakan kesejahteraannya.
Menurut Robert S. Fieldman (1989) stress adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang memunculkan stress dapat saja positif (misalnya: merencanakan perkawinan) atau negatif (contoh: kematian keluarga). Sesuatu didefinisikan sebagai peristiwa yang menekan (stressfull event) atau tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh individu.

2. Efek stres

  •  Letih
Kecemasan dan stres dapat mengganggu tidur dan istirahat Anda. Stres juga memicu produksi hormon kortisol yang juga disebut sebagai hormon stres yang sebenarnya membantu tubuh melawan stres. Tetapi dalam jangka panjang aau sering, jumlah cortisol akan menurun dan membuat otak dan tubuh menjadi lelah dan letih.

  • Libido
Stres kronis akan mempengaruhi produksi estrogen yang menjaga fungsi organ reproduksi agar tetap stabil. Saat produksi estrogen terganggu, libido Anda juga terkena imbasnya dan membuat anda tidak memiliki gairah seksual.

  • Sembelit
Ketidak seimbangan hormon yang disebabkan stres juga dapat membuat Anda susah buang air besar. Jika Anda mengalaminya, perbanyak konsumsi cairan, serat, gunakan obat pelancar buang air besar bila perlu.

  • Berat badan
Pada beberapa orang, stres mengakibatkan gangguan pola makan dan binge eating, yaitu makan secara berlebihan. Karena itu, stres dapat membuat berat badan Anda meningkat secara cepat.

  • Rambut rontok
Hormon Androgen membuat kulit Anda pecah-pecah dan rambut menjadi mudah patah dan rontok, tetapi keadaan ini bisa pulih dengan pola makan seimbang.

3. General Adaptation Syndrome

Menurut Hans Selye, 1950 stress adalah respon tubuh yang bersifat  nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban di atasnya. Selye memformulasikan konsepnya dalam General Adaptation Syndrome
(GAS). GAS ini berfungsi sebagai respon otomatis, respon fisik, dan respon emosi pada seorang individu. Selye mengemukakan bahwa tubuh kita bereaksi sama terhadap berbagai stressor yang tidak menyenangkan, baik sumber stress berupa serangan bakteri mikroskopi, penyakit karena organisme, perceraian ataupun kebanjiran. Model GAS menyatakan bahwa dalam keadaan stress, tubuh kita seperti jam dengan system alarm yang tidak berhenti sampai tenaganya habis.
Respon GAS ini dibagi dalam tiga fase, yaitu:

a. Reaksi waspada (alarm reaction stage)
Adalah persepsi terhadap stresor yang muncul secara tiba-tiba akan munculnya reaksi waspada. Reaksi ini menggerakkan tubuh untuk mempertahankan diri. Diawali oleh otak dan diatur oleh sistem endokrin dan cabang simpatis dari sistem saraf autonom. Reaksi ini disebut juga reaksi berjuang atau melarikan diri (fight-or-flight reaction)

b. Reaksi Resistensi (resistance stage)
Adalah tahap di mana tubuh berusaha untuk bertahan menghadapi stres yang berkepanjangan dan menjaga sumber-sumber kekuatan (membentuk tenaga baru dan memperbaiki kerusakan). Merupakan tahap adaptasi dimana sistem endokrin dan sistem simpatis tetap mengeluarkan hormon hormon stres tetapi tidak setinggi pada saat reaksi waspada.

c. Reaksi Kelelahan (exhaustion stage)
Adalah fase penurunan resistensi, meningkatnya aktivitas para simpatis dan kemungkinan deteriorasi fisik. Yaitu apabila stresor tetap berlanjut atau terjadi stresor baru yang dapat memperburuk keadaan. Tahap kelelahanditandai dengan dominasi cabang parasimpatis dari ANS. Sebagai akibatnya, detak jantung dan kecepatan nafas menurun. Apabila sumber stres menetap, kita dapat menngalami ”penyalit adaptasi” (disease of adaptation), penyakit yang rentangnya panjang, mulai dari reaksi alergi sampai penyakit jantung, bahkan sampai kematian.

B. Tipe – tipe stres psikologis 

1.      Tekanan
merupakan suatu beban yang dirasakan oleh seseorang. Tekanan yang timbul dari tuntutan kehidupan sehari-hari dapat berasal dari dalam diri individu itu sendiri, misalnya apa yang kita inginkan atau harapan ternyata tidak sesuai dengan hasilnya. Tekanan yang berasal dari luar diri individu, misalnya paksaan dari orang tua saat menetukan jurusan dalam kuliah.

2.      Frustasi
dapat muncul akibat adanya suatu kegagalan ketika seseorang ingin mencapai suatu hal atau tujuan yang diinginkannya. Contoh : Andi ingin masuk salah satu perguruan tinggi negeri namun ia gagal dan mengakibatkan frustasi.

3.      Konflik
dapat terjadi apabila seorang individu harus memilih antara dua tujuan atau dua tindakan yang tidak sejalan. Konflik dibedakan berdasar nilai dari masing-masing pilihan; jika pilihannya memiliki tujuan yang positif bagi individu maka dinamakan sebagai approach tendency. Sedangkan jika pilihannya memiliki tujuan negatif dinamakan avoidance tendency. Macam-macam konflik:
a. approach- approach conflict
dua pilihan yang masing-masing memiliki alternatif yang diinginkan.
b. avoidance-avoidance conflict
dua pilihan yang sama-sama memiliki konsekuensi negatif.
c. approach-avoidance conflict
satu objek memiliki konsekuensi positif maupun negatif.
d. double approach-avoidance conflict
dua alternatif yang sama-sama punya konsekuensi positif dan negatif.

4.      Kecemasan
adalah emosi tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan seperti khawatir, prihatin, tegang, dan takut yang dialami oleh semua orang tetapi dengan kadar dan tingkatan yang berbeda-beda.

C. Symptom-reducing responses 

  • Macam-macam penyesuaian diri terhadap stres, ada dua yaitu:
a. Penyesuaian yang bersifat mengurangi atau memperlemah symptom stres
b. Penyesuaian yang sifatnya berusaha atau membantu mengatasi secara lebih terarah sumber stres yang ada, disebut dengan penyesuaian efektif.

  • Penyesuaian yang bersifat mengurangi symptom stres, ada dua macam:
a. Yang bersifat tak disadari: seringkali dilakukan adalah defense mechanisms (mekanisme pertahanan diri atau ego).
b. Yang bersifat disadari: membicarakannya dengan orang lain, melakukan pekerjaan lain yang mengurangi symptom stress.
  • menyangkut Mekanisme Pertahanan Diri (Defense Mechanisms)
Mekanisme pertahanan diri digunakan oleh self (=ego, dalam Psikoanalisa) untuk melindungi dari segala ancaman. Sifatnya kebanyakan tak disadari, otomatis muncul saat individu menghadapi ancaman baik dengan kesadaran minimum atau tidak sama sekali. Tujuannya meredakan ketegangan akibat stres. Biasanya muncul karena terpicu adanya: kecemasan, konflik, atau frustrasi. Jenis mekanisme pertahanan diri :

1. Represi (repression). Berusaha menekan pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan ke bawah sadar (motivated forgetting).

2. Supresi (supression). Upaya sadar individu untuk mengendalikan keinginan-keinginan yang memunculkan kecemasan, dan mengekspresikannya pada waktu tertentu saja.

3. Pengingkaran (Denial). Menolak melihat atau mendengar aspek  realita yang tidak meyenangkan atau mengancam. Menolak pengakuan eksternal atau realita sosial.

4. Rasionalisasi. Usaha untuk memberikan alasan pada perilaku yang tidak diterima dalam cara yang diterima sosial dan rasional.

5. Proyeksi. Upaya individu untuk melemparkan penyebab frustrasinya pada orang lain. Misal: cinta orang lain, tapi takut bilang, yang muncul adalah bilang dicintai orang tersebut.

6. Reaksi-formasi. Mengalihkan motif yang dimiliki ke motif lain yang berlawanan, sebagai upaya mengurangi kecemasan yang muncul akibat motif pertama yang tadi tidak diterima superego atau moral.

7. Displacement . Tidak tercapainya suatu motif tertentu, yang kemudian dialihkan pada motif yang sejenis tapi beda kegiatan.

  • Sarana Coping untuk Stres
Minor merupakan respon terhadap stres ringan, yang sangat dipengaruhi oleh proses belajar individu. Berlaku otomatis, tetapi lebih disadari oleh individu (ada pada level kesadaran). Sarana yang dilakukan dipengaruhi juga oleh: situasi, kekuatan dan kesegeraan gangguan, serta pola kebiasaan individu dalam menghadapi stres. Jenisnya:
a. Kontak fisik, makan, minum
b. tertawa, menangis, memaki/ mengutuk
c. membicarakan dengan orang lain, merenungi masalah seorang diri
d. melakukan aktivitas yang meredakan ketegangan (misal: olahraga, jalan-jalan, main games).
Akan tetapi sifatnya: tidak menghilangkan sumber stress sementara, memiliki keterbatasan dalam mengurangi ketegangan akibat stress.

D. Pendekatan “problem-solving” terhadap stress 

Merupakan jenis penyesuaian terhadap stres yang bersifat disadari, berupaya menghilangkan sumber stres, tidak tergesa-gesa dan lebih terarah serta ada strategi tertentu, sehingga lebih efektif. Jenisnya :
a. memodifikasi diri agar lebih toleran terhadap stres.
b. memodifikasi situasi yang menimbulkan stres.
  • Meningkatkan Toleransi Terhadap Stres
a. Toleransi terhadap tekanan. Membiasakan diri bekerja di bawah stres dengan meningkatkan kemampuan dan keterampilan.
b. Toleransi terhadap frustrasi. Berusaha lebih independen terhadap lingkungan mencoba memahami sumber frustrasi kita belajar untuk menunda pemuasaan atau kesenangan.
c. Toleransi terhadap konflik. Menyadari adanya konflik mencari segi positif terbanyak dan efek emosionalnya.
d. Toleransi terhadap kecemasan. Mencoba tetap merasakan kecemasan tanpa mengurangi performa kita menggali lebih banyak pengalaman dan belajar menghadapi situasi yang membuat kita cemas.
  •  Pendekatan yang Berorientasi Tugas
a. Pendekatan Asertif. Merupakan pendekatan yang menekankan pada usaha-usaha individu untuk mengekspresikan hak dan keinginan tanpa merebut hak orang lain.

b. Pendekatan Menarik Diri. Dapat dilakukan apabila sumber stres tidak dapat dihilangkan dengan asertif dan kompromi. Strategi sementara untuk mengatasi stres yang dapat berakibat memperburuk kesehatan individu tersebut. Misal: cuti kuliah untuk mengumpulkan biaya kuliah.

c. Berkompromi. Biasa digunakan apabila agen sumber stres memiliki otoritas lebih tinggi dari kita, atau sama-sama seimbang. Baik-buruknya sangat tergantung pada sejauh mana kepuasan dapat diperoleh individu, dan sebesar apa usaha yang dilakukan untuk mengurangi stres.

Tiga tipe kompromi:

1. Comformity, merubah sikap menjadi lebih realistik mengikuti prosedur umum yang berlaku.

2. Negotiation, secara aktif mencapai kompromi dengan berbagai situasi stres, biasa digunakan pada area publik dan interpersonal, lebih baik daripada kompromi karena sifatnya mutual.

3.Substitution, memutuskan alternatif pemecahan terbaik untuk mencapai tujuan yang sama.


Sumber :

0 komentar:

Posting Komentar

 

ayurositana Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang